Pelajaran Berharga dari Temanggung  Gegara Ini Bocah 13 Tahun Nekat Bakar Sekolah, Kenapa?

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)- Bullying adalah sebuah fenomena sosial yang sudah ada sejak lama, tetapi baru-baru ini menjadi sorotan yang lebih intensif di berbagai media dan lembaga. Bullying dapat terjadi di berbagai lingkungan, seperti sekolah, tempat kerja, dan bahkan di dunia maya. Dalam artikel ini, kita akan membahas apa sebenarnya yang dimaksud dengan bullying, jenis-jenisnya, serta dampak yang ditimbulkan pada korban dan masyarakat secara luas termasuk peristiwa memprihatikan yang terjadi di Temanggung.

Pengertian Bullying:

Bullying merujuk pada tindakan agresif, sengaja, dan berulang yang dilakukan oleh satu individu atau sekelompok individu terhadap orang lain yang lebih lemah atau rentan. Tindakan bullying bisa bersifat fisik, verbal, atau psikologis, dan tujuannya adalah untuk mendominasi, mengintimidasi, dan melukai korban secara emosional atau fisik. Bullying sering kali berlangsung dalam situasi ketidakseimbangan kekuasaan, di mana pelaku memiliki kekuatan atau keunggulan tertentu atas korban.

Jenis-Jenis Bullying:

Bullying Fisik: 

Ini melibatkan tindakan fisik yang merugikan, seperti pukulan, tendangan, dorongan, atau merampas barang korban. Bullying fisik biasanya mudah terlihat dan meninggalkan bekas luka pada korban.

Bullying Verbal: 

Bullying verbal terjadi melalui kata-kata yang menghina, mengancam, atau merendahkan korban. Ini bisa termasuk ejekan, penghinaan, celaan, dan penyebaran rumor yang merugikan reputasi korban.

Bullying Psikologis:

 Bentuk bullying ini mencakup tindakan yang ditujukan untuk merendahkan dan mengisolasi korban secara psikologis. Misalnya, mengabaikan, menghindari, mengintimidasi, mempermalukan, atau mengancam korban.

 Bullying Cyber: 

Bullying cyber terjadi melalui penggunaan teknologi dan media sosial. Ini mencakup pengiriman pesan berisi ancaman, penghinaan, atau penyebaran konten yang merugikan secara online. Bullying cyber memiliki potensi untuk menyebar dengan cepat dan mencapai jumlah yang lebih besar.

 

Dampak Bullying:

Bullying memiliki dampak yang merugikan pada korban dan masyarakat secara keseluruhan. Beberapa dampaknya meliputi:

Masalah Kesejahteraan Emosional: 

Korban bullying sering mengalami masalah kesejahteraan emosional seperti kecemasan, depresi, rendah diri, dan stres kronis. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kualitas hidup korban.

Penurunan Prestasi Akademik:

 Korban bullying sering mengalami penurunan konsentrasi, motivasi, dan performa akademik. Mereka mungkin kesulitan dalam belajar dan berpartisipasi aktif di lingkungan sekolah.

Gangguan Hubungan Sosial: 

Korban bullying cenderung mengalami kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin merasa sulit untuk percaya dan membuka diri kepada orang lain, karena pengalaman trauma yang mereka alami.

Dampak Fisik: 

Bullying fisik dapat menyebabkan cedera fisik yang serius, termasuk memar, luka, patah tulang, atau bahkan trauma kepala. Dampak fisik ini dapat berlanjut hingga jangka panjang dan mempengaruhi kesehatan fisik korban.

Dampak Psikologis Jangka Panjang: 

Bullying yang berkepanjangan dapat berdampak pada kesehatan mental korban dalam jangka panjang. Mereka mungkin mengalami gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau bahkan menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Dampak pada Masyarakat:

 Bullying juga memiliki dampak yang lebih luas pada masyarakat. Lingkungan yang toleran terhadap bullying dapat menciptakan budaya yang merugikan, di mana kekerasan dan intimidasi menjadi norma. Hal ini dapat mempengaruhi iklim sosial secara keseluruhan, baik di sekolah, tempat kerja, maupun dalam komunitas.

Bakar Sekolah

Dikutip dari intisarionline.com, dilaporkan bocah 13 tahun membakar sekolah tempatnya belajar, mengaku sering dibully oleh teman sekolahnya, juga tak diperhatikan guru.Kompas

Dengan sendirinya jangan meremehkan efek bully, bocah di Temanggung, Jawa Tengah, ini buktinya.

 

Karena kerap dirundung oleh teman sekolahnya, sementara aduannya tak direspon serius oleh gurunya, bocah 13 tahun itu membakar sekolah tempatnya belajar.

Begini ceritanya:

R adalah seorang siswa SMP di Kecamatan Pringsurat, Temanggung, Jawa Tengah.

Bocah 13 tahun itu nekat membakar beberapa ruang kelasnya di sekolahnya sendiri pada Selasa (27/6/2023).

Ketika diamankan, R mengaku kerap dirundung oleh teman-temannya. Tak hanya itu, R juga sakit hati karena kurang diperhatikan oleh gurunya.

Sebelum menjalankan niatnya, R meracik bahan untuk membakar sekolahan.

Dia melakukan uji coba bahan itu di rumah dan berhasil. Lalu ia mendatangi sekolah pada Selasa (27/6/2023) dini hari dengan membawa tiga botol bahan bakar untuk membakar sekolahnya.

R lalu menyulut api di tiga titik.

Api pertama kali muncul sekitar pukul 02.00 WIB dan diketahui oleh penjaga sekolah.

 

Dibantu warga, penjaga sekolah kemudian memadamkan api tersebut.

Satu jam kemudian, api mulai padam yakni sekitar pukul 03.00 WIB. Saat melakukan pemadaman api, warga melihat R yang ada di sekitar sekolah.

Warga pun curiga pada R karena R merupakan warga desa lain. Secara tak terduga, R mengaku jika dia baru saja membakar sekolah. Warga lalu membawa R ke Polsek Pringsurat. R mengaku menyesal, namun wajah remaja itu tampak tenang.

"Motif dari pelaku adalah, pelaku merasa sakit hati karena sering dibully oleh teman-temannya," kata Kapolres Temanggung AKBP Agus Puryadi.

"Termasuk oleh guru siswa ini merasa kurang diperhatikan. Artinya ini adalah subjektif, subjektif pada perasaan si siswa."

Selain itu R mencalonkan diri sebagai ketua PMR dan tak terpilih. Hal ini terjadi karena teman-temannya menganggap R belum kredibel untuk memimpin. Hingga akhirnya ia sakit hati dan nekat membakar skeolahnya.

"Rasa sakit hati, akumulasi ini maka dia merencakan untuk membakar sekolah," tambah Agus.

 

Sementara itu, Kepala SMPN 2 Pringsurat, Bejo Pranoto mengatakan jika R adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Pringsurat yang tahun ini akan naik ke kelas VIII.

Dalam keseharian, R diketahui sebagai siswa yang sering mencari-cari perhatian guru.

”Saat melakukan kesalahan dan dipanggil oleh guru, dia sering kali berpura-pura muntah atau bahkan kesurupan,” ujar Bejo.

Kini R diancam hukuman separuh dari hukuman dari orang dewasa. Namun karena masih masih di bawah umur, tidak dilakukan penahanan dan wajib melapor.

Sementara itu R mengaku nekat membakar sekolahnya sendiri karena merasa sakit hati sering dibully oleh teman-temannya.

Hal itu ia ungkap saat pers release di Mapolres Temanggung pada Rabu (28/6/2023).

"Alasanmu kenapa tho?" tanya awak media.

"Karena kasus pembullyan," jawab R.

"Siapa yang bully?"

"Teman-teman sama beberapa guru," jawab R lagi.

R memaparkan jika ia sering diejek dengan nama orangtua hingga dikeroyok.

"Diejek pakai nama orangtua, sama pernah dikeroyok juga," kata R.

"Kalau sama bu guru di-bully gimana?" timpal awak media.

"Ya kayak atensi saya nggak dihargai, sama pernah disobek-sobek (tugas) juga di depan saya. Enggak bilang apa-apa terus disobek," paparnya.

Bahaya Bullying Di Institusi Pendidikan

Bukannya menjadi tempat yang nyaman, sekolah kerap kali menjadi sumber perundungan.

Sudah sangat sering kita mendengar kasus-kasus perundungan terjadi di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya.

Kerap kali kasus perundungan itu berujung dengan kematian, kematian korban yang dirundung.

Atau dalam kasus lain, si korban perundungan itu memilih melakukan aksi vigilante.

Seperti yang terjadi di Temanggung, Jawa Tengah, belum lama ini. Seorang bocah 13 tahun kedapatan membakar sekolahnya sendiri.

Setelah ditangkap, dia mengaku marah karena sering menjadi korban perundungan.

 

Beberapa kali dia melapor kepada guru tapi laporannya hanya menjadi angin lalu.

Puncaknya, dia membakar beberapa ruang kelas yang ada di sekolahnya, di Kecamatan Pringsurat, Temanggung.

Kenapa bullying atau perundungan harus dihilangkan di lembaga pendidikan?

Secara garis besar, bullying merupakan perilaku tidak menyenangkan baik baik secara verbal, fisik, ataupun sosial di dunia nyata maupun dunia maya.

Peristiwa ini tentu menjadi hal yang memprihatinkan di dunia pendidikan. Padahal pemerintah dan berbagai pihak terkait juga telah mengupayakan berbagai program untuk menciptakan sekolah yang aman dan bebas bullying.

Menurut dosen Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Riana Nurhayati, sebenarnya kasus bully sudah terjadi sejak lama.

Hal ini dapat dilihat dengan semakin meningkatnya jumlah kekerasan maupun konflik di sekolah.

Meski pemerintah sudah membuat kebijakan akan tetapi belum ada kebijakan yang benar-benar bisa mengatasi bullying di sekolah secara komprehensif.

 

Dia mengungkapkan, fenomena kekerasan maupun penindasan ini harus mendapatkan perhatian dan penanganan yang komprehensif. Baik dari pemerintah sekolah maupun orang tua, serta siswa itu sendiri.

"Berkaitan dengan hal tersebut pendidikan memiliki peranan penting karena sebagai institusi yang memiliki peran untuk melakukan control social," papar Riana kepada Kompas.com.

Riana menerangkan, ternyata bullying ini tidak hanya dilakukan secara individual tapi juga ada yang dilakukan secara kolektif.

Sehingga perilaku bullying selalu terjadi secara berulang terutama di sekolah.

Dampak bullying bagi korban

Perilaku bullying ini tentu akan membawa dampak buruk bagi korban. 

Riana menjelaskan, ada beberapa dampak negatif bagi korban bullying.

Antara lain:

1. Mengalami gangguan kesehatan mental.

Bahkan dampak yang lebih buruk bisa terjadi seperti stres hingga depresi.

2. Keinginan untuk mengakhiri hidupnya.

 

Dampak ini mungkin yang paling parah.

Ketika sudah terkena secara psikis maka akan sulit bagi korban bully untuk melupakan masa lalu yang berkaitan dengan pengalaman buruknya.

3. Merasa tidak berharga sehingga berpengaruh pula pada kemampuan sosial emosional bahkan prestasinya di sekolah.

4. Mengalami kesulitan dalam memahami jati diri serta sering mengalami kecemasan terhadap diri sendiri maupun masa depan.

5. Mereka akan menarik diri dari kehidupan sosial karena takut seakan-akan kejadian serupa akan terjadi lagi.

"Kecenderungan orang yang terkena bully akan sulit untuk bangkit walaupun sebagian diantaranya ada yang bisa bangkit lagi dari kondisi tersebut," urai Riana.

Dampak bullying bagi pelakunya Riana mengungkapkan, peristiwa bullying tidak hanya berdampak bagi korbannya.

Perilaku ini juga membawa dampak tak baik bagi pelakunya. Dari hasil penelitian diperoleh fakta bahwa ternyata pelaku bully pernah menjadi korban juga. Sehingga perilaku ini terjadi seperti lingkaran yang tak terputus.

"Ada seperti perasaan bahagia, puas dan merasa diakui ketika pelaku berhasil mem-bully orang lain, jelas hal ini sudah tidak sehat secara psikis dan sosial. Pelaku bully cenderung bangga ketika sudah berhasil menindas temannya yang dirasa lemah," papar Riana.

Dampaknya pelaku juga akan merasa tindakan bully atau menindas orang yang lebih lemah adalah hal yang biasa.

Jelas hal ini tidak baik bagi perkembangan mental anak. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek pelaku bullying rata-rata lebih banyak dilakukan secara bersama-sama.

"Para pelaku bully biasanya juga merupakan anak yang agresif dan kesulitan dalam berempati," tuturnya.

Mengatasi Bullying:

Untuk mengatasi fenomena bullying, diperlukan upaya bersama dari individu, sekolah, keluarga, dan masyarakat secara luas. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

Pendidikan dan Kesadaran: 

Memberikan pendidikan yang lebih baik tentang konsekuensi dan dampak negatif dari bullying, serta mengedukasi individu tentang nilai-nilai seperti empati, penghargaan, dan penghormatan terhadap orang lain.

 

Kebijakan Sekolah dan Tempat Kerja yang Mencegah Bullying: Mengimplementasikan kebijakan yang jelas dan tegas terhadap bullying di lingkungan sekolah dan tempat kerja. Ini termasuk prosedur pelaporan, penanganan kasus bullying, dan sanksi yang sesuai terhadap pelaku.

Peran Keluarga: 

Keluarga memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi bullying. Mendukung dan mendengarkan anak-anak, memberikan pengawasan yang adekuat terhadap aktivitas online, dan memberikan contoh perilaku yang positif dapat membantu mencegah perilaku bullying.

Dukungan Psikologis: 

Korban bullying perlu mendapatkan dukungan psikologis yang memadai. Ini bisa melalui konseling, terapi, atau dukungan kelompok untuk membantu mereka mengatasi dampak psikologis yang mereka alami.

Kesimpulan:

Bullying adalah fenomena yang merugikan, yang dapat memiliki dampak serius pada korban dan masyarakat secara luas. Penting bagi kita semua untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi bullying dengan membangun lingkungan yang aman, mengedukasi individu tentang pentingnya penghormatan dan empati, serta mendukung korban dengan dukungan yang tepat. Hanya dengan kerja sama dan kepedulian bersama, kita dapat menciptakan masyarakat yang bebas dari bullying. Mari kita berkomitmen untuk menjaga keamanan, kesejahteraan, dan martabat setiap individu, sehingga setiap orang dapat hidup dalam lingkungan yang inklusif, saling menghormati, dan bebas dari rasa takut terhadap bullying.***